- [HOAKS] Tautan Pendaftaran BLT PKH Tambahan
- [HOAKS] Tidak Ada Bantuan Pemerintah untuk Korban Banjir Kabupaten Demak
- [HOAKS] Undian Berhadiah Mengatasnamakan Bank Mandiri
- [HOAKS] Telur Rebus yang Berwarna Kehijauan Berbahaya
- [HOAKS] Mahfud MD : Jokowi antara Mati di Penjara, 10 Tahun Merusak Negara, Penjara Seumur Hidup, atau Digantung
- [HOAKS] Prabowo Subianto Membagikan Uang Senilai Rp5 Juta dalam Rangka Ramadhan 2024
- [HOAKS] Menteri Agama Larang Tarawih dan Tadarus Menggunakan Pengeras Suara
- [HOAKS] Rusuh Demo 20 Maret 2024 di Depan Gedung Komisi Pemilihan Umum
- [HOAKS] Stanford University Akan Bangun Kampus di IKN
- [HOAKS] Prabowo-Gibran Diputuskan Tidak Boleh Jadi Presiden dan Wakil Presiden oleh Mahkamah Internasional
[HOAKS] mRNA Bukan Vaksin Melainkan Terapi Gen yang Memberikan Instruksi untuk Mutasi Virus
Penjelasan:
Beredar sebuah gambar hasil tangkapan layar di media sosial dengan narasi yang menyebutkan bahwa mRNA bukan vaksin melainkan terapi gen yang memberikan instruksi untuk mutasi virus. Dalam narasi juga disebutkan adanya prediksi kematian pasca injeksi mRNA yakni 5-10 tahun dan untuk lansia 2-3 tahun. Berdasarkan hasil penelusuran tim pencari fakta FAFHH, klaim bahwa mRNA bukan vaksin melainkan terapi gen yang memberikan instruksi untuk mutasi virus adalah keliru. Faktanya, instruksi yang dilakukan oleh mRNA bukanlah instruksi untuk mutasi virus melainkan instruksi untuk memicu respons imun. Vaksin yang berbasis mRNA menginstruksikan sel-sel dalam tubuh untuk membuat protein, sehingga membentuk antibodi yang dapat mencegah infeksi virus. Dilansir dari liputan6.com, relawan dokter Covid-19 Indonesia, dr. Muhamad Fajri Adda’i, menyatakan bahwa vaksin yang berbasis mRNA menggunakan protein dari virus yang tidak aktif. Vaksin yang mengandung protein tersebut disuntikkan ke dalam tubuh manusia, yang kemudian membentuk antibodi dan sel-sel imun lain agar dapat melawan virus yang masuk dalam tubuh. Lebih lanjut, dalam artikel dw.com berjudul “Coronavirus vaccines: Fake news and myths go viral”, Institut Paul-Ehrlich, menjelaskan bahwa integrasi RNA ke dalam DNA tidak dimungkinkan karena perbedaan struktur kimianya. Selain itu, belum ada penelitian yang membuktikan mRNA yang bereaksi dalam tubuh setelah divaksinasi dapat mengubah DNA manusia, termasuk menyebabkan kematian setelah 5-10 tahun atau 2-3 tahun untuk lansia.
KATEGORI: HOAKS
Link Counter:
-https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1460383504294180/
-https://www.dw.com/en/coronavirus-vaccines-fake-news-and-myths-go-viral/a-55652267